Dinamika Gunungapi di Cincin Api
Posted on 23 Februari 2014 by Rovicky
Fenomena erupsi gunungapi sudah lama dikenal sejak manusia ada di dunia ini. Namun setiap kali terjadi erupsi selalu saja mengagetkan karena terlihat adanya hal-hal yang baru dari erupsinya.
Hal ini bukanlah karena ini sebuah perubahan fenomena yang baru muncul di dunia, tetapi memang setiap gunungapi memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda dengan gunungapi yang lain. Juga setiap letusan dari gunungapi yang sama pun berbeda dan berubah sepanjang hidupnya si gunungapi itu sendiri.
Indonesia yang memiliki sekitar 130 gunungapi aktif ini memerlukan pendekatan dan pengamatan spesifik pada masing-masing gunungapi ini. Erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta pra-2006, erupsi 2006, serta erupsi tahun 2010 memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Berubah-ubah sepanjang masa
Erupsi Gunung Merapi 2010 ini memiliki karakteristik yang jauh berbeda dengan sebelumnya terutama pada arah dan jarak luncurannya. Tahun 2010 Gunung Merapi meluncurkan awan panasnya ke arah selatan sejauh 17 Km, dimana erupsi-erupsi sebelumnya mengarah ke barat.Ini memperlihatkan bahwa dalam kejadian erupsi akan terjadi perubahan pola aliran yang akan mempengaruhi pola aliran selanjutnya. Proses sedimentasi atau proses pengendapan hasil erupsi saat ini akan mempengaruhi proses erupsi berikutnya.
Pasca erupsipun terjadi proses erosi oleh air hujan yang turun dipuncak gunung ini yang sering diikuti oleh banjir lahar hujan. Banjir lahar hujan ini juga mempengaruhi pola serta morfologi dari daerah sekitar gunungapi. Proses ini terjadi terus menerus sehingga harus diikuti dan dikenali.
Sebelum tahun 2006 Gunung Kelud memiliki danau kawah yang berisi air yang merupakan faktor utama dalam mempengaruhi mekanisme dan besarnya erupsi. Air danau kawah ini akan bercampur dengan magma yang mendorongnya keluar selain menyebabkan ledakan juga menyebabkan banjir lahar panas bersamaan dengan erupsi. Banjir lahar panas yang sangat mematikan ini dihindari dengan membuat terowongan untuk mengurangi jumlah volume air di danau kawah.
Erupsi tahun Kelud 2007, tidak diikuti dengan keluarnya lava seperti sebelumnya yang mengakibatkan ledakan. Erupsi hanya menyembulkan lava membentuk kubah sumbat kawah yang akhirnya terlontarkan pada letusan hebat 13 Februari 2014 lalu.
Dengan demikian Gunung Merapi dan Gunung Kelud memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa erupsi gunung merupakan fenomena dinamis yang harus dipelajari, diikutisehingga pengurngan risiko bahayanya dapat diantisipasi dengan benar.
Status Normalnya Gunungapi Tidak Semua Sama
Status gunungapi dikatakan normal apabila tidak ada
gejala aktivitas tekanan magma. Namun manifestasinya untuk setiap
gunung dapat saja berbeda-beda. Gunung Ijen sudah dikenali mengeluarkan
gas belerang yang sangat banyak, bahkan dapat ditambang oleh penduduk.
Namun Gunung Merapi normalnya tidak mengeluarkan gas. Apabila tiba-tiba
ada peningkatan jumlah gas belerang di Gunung Merapi dengan konsentrasi
yang sama dengan Gunung Ijen, tentusaja status Merapi dapat saja
meningkat menjadi waspada. Demikian ini disebabkan karena karakter
setiap gunungapi itu berbeda-beda, manifestasi aktifitas magma dibawah
permukaan akan terlihat berbeda dengan pengamatan aktifitas di
permukaan.
Kawasan Dieng juga memiliki kawah aktif yang masih
menunjukkan gejala-gejala vulkanisme magmatic. Manifestasi aktifitas di
Dieng adalah munculnya gas-gas yang seringkali beracun. Gunung Ijen
memiliki risiko karena gas-gas beracun ini, sehingga kontrol serta
monitoring dan pengamatannya sangat spesifik dengan sensor-sensor gas
disekitar kawah-kawah tua ini. Apabila pada status awas di Dieng, sangat
mungkin bukan karena adanya erupsi letusan seperti Gunung Kelud maupun
maupun Gunung Merapi. Dan ini harus dimengerti oleh penduduk sekitar
gunungapi aktif.
Bukan Urutan dan Bukan Ramalan
Status gunungapi itu bukanlah sebuah urutan atau
antrian untuk kemudian terjadi erupsi. Perhatikan sejak 2007 Kerinci
statusnya waspada, dan tidak berubah statusnya sejak 2007. Supaya mudah
dipahami, status gunungapi aktif ini mirip seperti fenomena hujan,
walaupun sudah sangat mendung sekali, bisa saja tidak terjadi hujan.
Demikian juga status gunungapi, walau sudah waspada tidak mesti terus
menjadi awas sampai terjadi erupsi, kan ?
Status waspada ini ditandai apabila dari pengamatan
ahli vulkanologi dijumpai ada aktivitas, apa pun bentuknya, dimana
merupakan sebuah kenaikan aktivitas di atas level normalnya, dapat saja
berupa peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
maupun sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, tektonik dan hidrotermal.
Dengan demikian yang penting adalah pengamatan
dari aktifitas gunungapi itu, bukan ramalan apa yang bakalan terjadi
kemudian. Asalkan saja gunungapi aktif itu diamati aktifitasnya maka
perubahan aktifitas inilah yang harus diperhatikan.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan
gunungapi. Selain memiliki risiko bahaya ketika sedangaktif namun banyak
sekali manfaat dengan adanya aktifitas gunungapi. Khususnya untuk
pengurangan risiko kebencanaan, maka setiap penduduk yang bertempat
tinggal disekitar gunungapi aktif ini juga harus secara aktif mengikuti
berita perkembangan status gunungapi didekatnya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) merupakan instansi pemerintah yang bertanggung-jawab pada
gunungapi ini. Selain bertanggungjawab dalam mengamati aktifitas
gunungapi, instansi ini juga memiliki tugas untuk mengkomunikasikan
status gunungapi kepada pihak-pihak yang berkepentingan khususnya
masyarakat sekitar.